Museum Kereta Api Sawahlunto. |
Sejarah Ombilin atau Sawahlunto sebagai kota tambang telah dikenal sejak zaman Pemerintahan Hidia Belanda di tahun 1858. Kala itu, endapan batu-bara baru ditemukan oleh pihak Belanda.
Diberkahi dengan hasil sumber daya alam yang luar biasa, pihak Belandapun memikirkan cara untuk membawa batu-bara ke luar Sawahlunto.
Stasiun Kereta Api Sawahlunto yang dibangun tahun 1912 pun menjadi saksi bisu dari masa penambangan batu-bara di era itu. Dari sana hasil bumi batu-bara diangkut menuju Emmahaven (Teluk Bayur) di Padang dengan menggunakan kereta api.
Dahulu museum ini merupakan bekas stasiun kereta api. |
Melihat kondisi stasiun yang mulai tidak terawat, akhirnya Pemkot Sawahlunto menggandeng PT KAI Divisi Regional II Sumbar untuk 'menghidupkan' kembali stasiun tersebut.
Pada 17 Desember 2005, akhirnya Stasiun Kereta Api Sawahlunto mendapat 'nafas' baru sebagai museum. Peresmiannya pun dilakukan langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kehadirannya pun jadi museum kereta api kedua di Indonesia setelah Museum Kereta Api Ambarawa.
Kode stasiunnya adalah SWL atau Sawahlunto. |
Tegel lawas, jam dinding jadoel hingga pintu kayu khas Belanda, tampak menghiasi museum yang dahulu memiliki kode operasional SWL tersebut.
Selain arsitektur jadoel ala Hindia Belanda, sejumlah gerbang kereta dan lokomotif yang tampak tua juga masih terparkir di halaman museum sebagai salah satu pajangan.
Kereta wisata Mak Itam yang masih dijaga untuk wisata. |
Selain di luar museum, area dalam juga menyimpan koleksi terkait kereta api hingga dokumentasi stasiun di masa jayanya. Namun berhubung datang agak sore, detikTravel tidak dapat melihat koleksinya karena museum telah tutup.
Apabila Anda ingin berkunjung, Museum Kereta Api Sawahlunto buka dari hari Selasa sampai hari Minggu dari pukul 08.00-17.00 WIB. Harga tiket masuknya adalah Rp 3 ribu untuk dewasa dan Rp 2 ribu untuk anak-anak.
(red)
No comments:
Post a Comment