Informasi Wisata Paling Kekinian

2 Jam Perjalanan Merak-Bakauheni Bersama “Kapal Zadoel”


PT ASDP memperkirakan jumlah penumpang yang akan menyeberang dari Merak menuju Bakauheni pada Lebaran tahun ini meningkat sekitar 10 persen dari tahun sebelumnya. Jika pada Lebaran tahun lalu jumlah penumpang yang menyeberang melalui Merak mencapai 134.000 orang, tahun ini diperkirakan bisa lebih dari 147.400 orang.


Adapun kendaraan roda dua yang menumpang kapal roro diperkirakan naik 6 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 13.000 kendaraan. Begitu pula kendaraan roda empat diperkirakan naik 6 persen, dari 11.200 unit pada tahun sebelumnya menjadi 11.900 kendaraan.

Untuk itu, PT ASDP Merak sudah menyiapkan sedikitnya 33 kapal roro yang akan melayani penumpang selama tujuh hari menjelang maupun sesudah Lebaran. Selain itu, PT ASDP juga menyiapkan 12 kapal cepat khusus untuk penumpang.

Sejumlah kapal roro yang akan melayani penumpang selama arus mudik lebaran tersebut kebanyakan kapa zaman dulu (Zadul-red). Rata-rata usianya mencapai 30-40 tahun. Dari data yang diperoleh Pelita, ada sejumlah kapal zadul diantaranya KMP Ontoseno BSP II tahun pembuatan 1971 kapal milik PT. Budi Samudera Perkasa, BSP III dan I tahun pembuatan 1972 kapal miliik PT. Budi Samudera Perkasa, KMP Nusa Jaya kapal milik PT. Putera Master SP, KMP MUFIDA kapal milik PT. JL Ferry.

Terkait banyaknya usia kapal tua yang melayani penyebrangan di Pelabuhan Merak, Meneg BUMN Mustafa Abubakar kepada wartawan di Pelabuhan Merak mengatakan bahwa hal itu bukan ukuran. Menurut sepengetahuannya, alat transportasi berat seperti kapal roro, memang diciptakan untuk jangka waktu yang panjang.

“Tapi lebih jelasnya Ketua Gapasdap yang menjelaskannya. Sepengetahuan saya memang seperti itu,” kata Meneg BUMN Mustafa Abubakar kepada wartawan saat Kunjungan kerja ke Pelabuhan Penyeberangan Merak, Rabu (01/09). Kedatangan Meneg BUMN Abubakar itu merupakan bagian dari perhatian pemerintah pusat terhadap kesiapan arus mudik lintas Merak-Bakauheni tahun 2010..

Ketua Umum DPP Gapasdap Sjarifuddin Mallarangan mengatakan, di belahan dunia lain, usia kapal juga memang bukan sebagai patokan layak dan tidaknya sebuah kapal. Yang mendasari kelaikan kapal, kata dia, adalah dari perawatan yang dilakukan pemilik kapal.

“Setiap tahun ada dock. Perlima tahun ada pemeriksaan lambung kapal di bawah air. Jadi, segala sesuatu yang dianggap kurang baik, pasti diganti. Jadi persoalannya bukan kapal tua, tapi perawatan yang maksimal,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Slamet dari Kesyahbandaran kembali menegaskan, sejauh ini tidak ada masalah dengan kapal-kapal yang ada di Pelabuhan Merak. Dihadapan Meneg BUMN, Slamet menegaskan bahwa pihaknya sudah melakukan uji petik dan hasilnya semua kapal layak laut. “Tidak ada masalah. Semua siap melayani angkutan lebaran,” tegasnya.

Untuk mengetahui kesiapan “Kapal Zadul” ini dalam melayani jasa penyebrangan Merak-Bakauheni, Jum’at (03/09) lalu, penulis melakukan investasi dengan ikut menyebrang ke Bakauheni dengan menaiki kapal KMP Ontoseno BSP II yang usianya lebih tua.

Terlebih dahulu penulis membeli tiket kapal dengan harga Rp. 10.000. Sekira pukul 13.23 WIB kapal yang ditumpangi Pelita berangkat berlayar dari pelabuhan Merak menuju Bakauheni. Saat keberangkatan, para penumpang tidak diberitahu tentang cara penggunaan alat keselamatan seperti jaket penolong bila terjadi sesuatu.

Dalam perjalanan, penulis mencoba mengamati seluruh isi kapal, dimulai dari pelayanan dan lainnya. Para penumpang diberikan pilihan untuk menempati ruangan. Ada sejumlah ruangan diantaranya kelas ekonomi, ruang kelas AC, ruang kelas AC Lesehan dan ruang Eksekutif Class.

Untuk kelas ekonomi penumpang tidak dikenakan biaya tambahan. Untuk ruang kelas AC, penumpang dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 5000. Untuk ruang kelas AC Lesehan, penumpang dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 8000. Serta ruang eksekutif class, penumpang dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 10.000.

Dari segi pelayanan ruang kelas kapal tersebut, sejumlah penumpang merasa dikecewakan. Penulis mencoba memasuki satu persatu ruang kelas tersebut, baik ruang kelas AC, ruang kelas AC lesehan, dan eksekutif class, ternyata AC menyala tetapi tidak dingin, para penumpang justru kepanasan.

Dari pengamatan Penulis, walaupun ada sejumlah ruangan menggunakan AC tetapi tetap saja kepanasan. Diduga kondisi ini disebabkan oleh deru mesin kapal tua yang kepanasan.

“Udah bayar masih tetap kepanasan. Lebih baik di kelas ekonomi aja sekalian,” ujar salah seorang penumpang.

Pelayanan lainnya, bila penumpang ingin membeli sesuatu, di kapal ini juga terdapat sejumlah pedagang. Baik yang menjual makanan minuman, maupun lainnya. Untuk makanan dan minuman, di kapal ini ada sejumlah restorasi.

Namun, makanan dan minuman dijual dengan harga dua kali lipat. Untuk aqua botol sedang dijual dengan harga Rp7000. Makanan, pop mie seduh dijual dengan harga Rp 10.000.

Dari segi keselamatan, Penulis mencoba menelusuri. Dari pantauan, di Kapal Ontoseno BSP II ini Jaket Penolong tidak tampak. Setelah ditelusuri, di ruang kelas AC ternyata Jaket Penolong berada di ruang ABK yang tertutup dan berada di tempatnya yang menyerupai tempat duduk. Sedangkan di ruang kelas ekonomi, ruang kelas ekonomi ini posisinya berada di luar.

Di sini juga tidak tampak Jaket Penolong. Setelah ditelusuri ternyata Jaket Penolong berada di tempatnya yang menyerupai tempat duduk. Tempat jaket ini dijadikan tempat duduk untuk penumpang di kelas ekonomi. Bahkan juga dijadikan tempat untuk menyimpang barang dagangan para pedagang.

Pantauan Penulis di Kapal Zadul ini tidak dilengkapi dengan sekoci, yang ada hanya sejumlah lifecraft (perahu karet-red). Namun perahu karet ini masa berlakunya sudah habis. Tampak tulisan “Next Service Januari 2010”.

Keselamatan lainnya, sejumlah kendaraan angkutan barang tidak diikat dan posisi juga tidak teratur. Bahkan ada truk angkutan barang yang posisinya dekat dengan sejumlah drum BBM. Dengan kondisi kendaraan tidak diikat dan berdekatan dengan drum BBM, kondisi ini sangat berbahaya sekali.

Walaupun dihinggapi rasa was-was dalam perjalanan karena kondisi kapal yang sudah tua dan tidak dilengkapai dengan alat keselamatan, akhirnya pukul 15.05 WIB kapal berhasil sandar di Pelabuhan Bakauheni.

Sementara, perusahaan pelayaran Kapal Ontoseno BSP II yakni managemen PT. Budi Samudera Perkasa yang kantornya berada di Pelabuhan Merak, ketika hendak dikonfirmasi, Pimpinan Cabang BSP tidak pernah berada di kantornya. Tiga hari berturut-turut Penulis berupaya melakukan konfirmasi ke pihak PT BSP, namun pimpinan PT BSP tidak pernah berada di kantornya.

Menurut salah satu staf yang ditemui mengatakan bahwa bila ingin bertemu pimpinan PT BSP harus buat janji terlebih dahulu. “Kalau ingin ketemu Kacab harus buat janji dulu mas,” ujarnya. ****
Share:

Kabar Terkini